Kuil Kamakura merupakan kuil bagi pemeluk agama Budha. Meskipun di Indonesia juga banyak peninggalan kuil agama Budha, dari segi arsitektur amatlah berbeda. Jika arsitektur Indonesia sangat dipengaruhi oleh arsitektur India, maka kuil-kuil Budha di Jepang dipengaruhi oleh negara China.
Sebelum masuk ke kuil utama, kami harus berjalan kaki terlebih dahulu setelah masuk melalui gerbang depan. Gerbang pertama tersebut berupa sebuah gapura berwarna merah yang dijaga oleh patung berbentuk singa disisi kanan dan kirinya. Jalan yang dilewati tersebut sepertinya khusus digunakan khusus untuk berjalan kaki karena tidak ada orang yang bersepeda didalamnya. Sepanjang jalan tersebut terdapat pohon sakura yang pada musim semi berbunga dengan indah. Karena kami berkunjung pada musim dingin, pohon sakura tersebut hanya tampak sebagai ranting kering tanpa daun dan bunga.
Setelah berjalan sekitar 200 meter, kami masuk ke gerbang kedua. Bentuknya sama, hanya saja tak ada patung singa yang berjaga. Tetapi ini bukanlah gerbang untuk memasuki kuil. Jika ingin masuk kedalam kuil, kami harus menyebrangi sebuah jembatan kemudian menaiki tangga. Lagi-lagi kami berjalan kaki untuk mencapai tujuan utama.
Sesampainya didalam kuil, kami tidak diperkenankan untuk menggunakan kamera karena sedang berlangsung kegiatan beribadah umat Budha. Ada dua aktivitas beribadah didalamnya. Pertama di dalam kuil, dimana biksu berdoa. Kedua sebuah kotak besar untuk berdoa, pemeluk agama melemparkan uang koin kedalam kotak tersebut, menepukkan kedua telapak tangannya dua kali, lalu tenggelam dalam doanya masing-masing.
Pada bagian lain dari kuil tersebut terdapat museum sejarah Jepang. Masing-masing dari kami harus membayar tiket sebesar 200 yen. Museum tersebut agak sedikit gelap untuk menjaga kualitas barang kuno peninggalan sejarah agar tidak rusak oleh cahaya. Didalamnya kami melihat catatan pemerintahan kuno seperti pada zaman edo, dekorasi tandu, senjata, hingga gaya bangunan kuno. Kami juga melihat kain kimono berlapis sepuluh dan berlapis tiga, yang menurut salah seorang teman kami, itu merupakan kimono yang digunakan oleh dewa.
Dari kuil Kamakura, perjalanan berlanjut ke daerah lain dimana patung Budha besar berada. Seperti kuil budha di Asakusa, terdapat pula tempat untuk mengambil air. Mungkin kalau dalam agama Islam, semacam tempat untuk berwudhu. Patung Budha itu sangat besar dengan posisi khas Budha, duduk bersila dan kedua jari-jari tangan bertemu dengan dikepal. Ditempat itu, kami juga dapat melihat replika besar terompah khas Jepang.
Perjalan sejarah ini setidaknya mengingatkan kami bahwa tempat peribadatan umat tak hanya sekedar untuk beribadah bagi pemeluk agamanya. Dewasa kini, hal tersebut digunakan sebagai sumber pariwisata.
http://mylearningissue.wordpress.com/2011/03/20/wisata-sejarah-jepang-kamakura/
total komentar :
No comments:
Post a Comment