Simeulue di Provinsi Aceh tergolong salah satu pulau yang cukup
mungil. Bahkan, pulau ini pula dianggap berbahaya karena kerap diguncang
gempa. Namun, keindahan alamnya begitu menggoda para pelancong sehingga
wisatawan mancanegara pun datang ke pulau tersebut untuk menikmati
panoramanya.
Paul dan Andrew menghentikan laju sepada motor
sewaannya begitu melintas di Desa Nancala, Kecamatan Teupah Barat,
Kabupaten Simeulue, Aceh, Jumat (13/4/2012). Hamparan pasir putih,
lambaian nyiur, dan gulungan ombak di ujung sana menyedot segenap
perhatian dua pelancong dari Kanada itu.
Mereka lantas menurunkan
papan selancar dari sepeda motor dan menyusuri pantai. Empat rekan
mereka lainnya menyusul sambil berlarian kecil dan ditingkahi celoteh
penuh kekaguman.
”Ini luar biasa. Ini yang kami cari-cari. Kami bisa sampai malam di sini. Langit cerah dan ombaknya juga bagus,” kata Andrew.
Mereka
tidak terpengaruh dengan kepanikan yang baru saja melanda Simeulue.
Maklum, dua hari sebelumnya gempa kembar berkekuatan 8,5 Richter dan 8,8
Richter mengguncang Simeulue. Warga sempat panik dan berlarian ke
perbukitan untuk menghindari smong atau tsunami. Ini gempa besar ketujuh
dan delapan yang mengguncang Simeulue dalam 10 tahun terakhir.
Paul
mengaku sempat panik saat gempa melanda. ”Tapi sekarang keadaan sudah
kembali normal. Sayang, kan, kalau kami batal berselancar. Soalnya kami
datang untuk menikmati alam he-he-he,” terang Paul.
Surga peselancar
Bagi
para peselancar, Pulau Simeulue adalah surga. Ombak dengan ketinggian 5
meter, laut bersih, dan langit cerah menjadi idaman banyak peselancar.
Apalagi, Simeulue belum banyak dikunjungi orang sehingga membuat
peselancar leluasa menyalurkan hobinya.
Itulah yang diakui John
May, pelacong asal Selandia Baru. ”Alam masih natural dan bersih. Saya
lebih suka di sini daripada Bali meskipun di Bali lebih mudah mencari
penginapan,” ujarnya.
Dia menilai, jika Pemerintah Kabupaten
Simeulue mampu mempromosikan keindahan alamnya secara bagus, akan banyak
pelancong yang tergiur datang. Keindahan alamnya tidak kalah menarik
dibandingkan dengan Bali atau Lombok.
Setidaknya ada delapan
lokasi yang strategis untuk berselancar, yakni pantai Nancala,
Matanurung Busung, Alus-alus, Salur, La’ayon, Pulau Batu Berlayar, Pulau
Mincau, dan Pulau Teupah.
Pelancong yang belum ahli berselancar
bisa juga menikmati keindahan laut dengan snorkeling. Lokasinya hampir
di semua pantai di Simeulue. Lokasi yang menjadi andalan antara lain
Pulau Si Umat, Teupah Barat, dan Simeulue Timur.
Laut Simeulue
juga menggoda pelancong untuk menyelam atau memancing. Tak sedikit
pelancong yang khusus datang ke Simeulue untuk mendapatkan sensasi
memancing ikan-ikan ukuran besar. ”Sering ada stasiun televisi yang
mengambil gambar di Simeulue dalam acara memancing,” kata Akil Rozha,
warga yang kerap menjadi pemandu pelancong.
Sepanjang tahun selalu
ada pelancong yang berkunjung ke Simeulue. Leni, pengelola agen
perjalanan di Simeulue, mengatakan, tahun 2012 dia mendapat order
pelancong luar negeri. Mereka terdiri dari delapan rombongan. Satu
rombongan biasanya berkisar lima sampai 12 orang.
Mereka datang
dari Australia, Afrika, Belanda, Jerman, Kanada, Malaysia, dan Singapura
serta tinggal di Simeulue selama sepekan sampai dua pekan. ”Selain
keliling Simeulue, mereka juga jalan-jalan ke Sibolga, Sumatera Utara,”
jelas Leni.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan
Olahraga Simeulue Ir Sukoco Erwan mengatakan, untuk Januari-April,
wisatawan mancanegara yang datang ke Simeulue mencapai 30 orang per
bulan. Jumlah itu meningkat sampai 70 orang per bulan pada bulan Mei
sampai Desember.
Menurut Sukoco, keindahan alam Simeulue memang
menjanjikan. Untuk itu, dia ingin sekaligus mempromosikan budaya
masyarakat Simeulue agar semakin dikenal dunia. Usaha itu masih minim
respons dari pemerintah pusat.
Sukoco telah mengusulkan dibangun
museum tsunami, perpustakaan, dan tugu smong, namun tak mendapat
tanggapan yang bagus dari pemerintah pusat. Smong merupakan cerita
turun-temurun dari leluhur masyarakat Simeulue tentang peringatan dini
tsunami. Cerita smong yang menyelamatkan ribuan warga Simeulue ketika
tsunami hebat melanda Aceh dan sekitarnya pada akhir 2004.
Akomodasi
Meskipun
termasuk pulau kecil dan terpencil, akomodasi di Pulau Simeulue cukum
menjanjikan. Di hampir semua lokasi selancar terdapat penginapan atau
bahkan resor. Di Matanurung Busung berdiri Baneng Island Resort dan
Losmen Raimond.
Jika pelancong berselancar di Teupah Barat, mereka
dapat menginap di Aura Surf Resort. Tempat ini juga cocok bagi
pelancong yang berselancar di Peulau Teupah, Pulau Mincau, dan Nancala.
Penginapan
ini bertarif Rp 200 per malam per kamar. Ada juga bungalow dengan tarif
Rp 500.000 per malam. Pengelola penginapan juga menyediakan jasa
penyewaan alat-alat selancar dan selam.
Pilihan lainnya, pelancong
dapat menginap di ibu kota Simeulue, Sinabang. Tarif sangat terjangkau,
berkisar Rp 100.000 sampai Rp 250.000 per malam.
Untuk makanan
pun tidak sulit. Di samping petani, sebagian besar warga Simeulue
merupakan nelayan. Ikan hasil tangkapan mereka dapat Anda nikmati di
warung-warung pinggir jalan dengan harga Rp 7.000 sampai Rp 20.000 per
piring.
Letak geografis
Kabupaten Simeulue
merupakan gugusan kepulauan terdiri dari 41 pulau besar dan kecil.
Kepulauan ini terletak di Samudra Indonesia, 105 mil laut (194,46
kilometer) dari Meulaboh, Aceh. Jika diukur dari Tapak Tuan, jarak
Simeulue 85 mil laut (157,42 kilometer).
Pulau Simeulue merupakan
pulau terbesar dari 41 pulau di kawasan itu. Pulau ini memanjang hingga
100,2 kilometer dan lebarnya 8 kilometer sampai 28 kilometer. Luas Pulau
Simeulue mencapai 199.502 hektar.
Untuk mencapai Simeulue, Anda
dapat menggunakan pesawat terbang dari Jakarta ke Medan sekitar 2 jam
dengan harga tiket Rp 600.000-Rp 1 juta. Kemudian berlanjut terbang dari
Medan ke Sinabang, ibu kota Simeulue, menggunakan pesawat jenis cessna
atau foker bertiket Rp 500.000-Rp 750.000. Waktu tempuh Medan-Simeulue
saat cuaca cerah 1 jam dan 10 menit.
Bila Anda memiliki waktu
luang dan ingin menikmati jalur darat dan laut, cobalah menggunakan
kapal feri. Tapi harus melewati Tapak Tuan dengan jarak tempuh sekitar
12 jam dari Medan. Kemudian naik feri yang butuh waktu 8 jam menuju
Simeulue.
Tarifnya lebih murah, yakni Rp 75.000. Jalur feri juga
cocok bagi Anda yang menyewa atau membawa mobil dari Medan. Di Simeulue
tidak ada angkutan umum, selain becak motor. Untuk keliling pulau,
pelancong dapat menyewa mobil bertarif Rp 350.000 atau sepeda motor Rp
75.000-Rp 100.000 per hari.
total komentar :
No comments:
Post a Comment