Pernah
Anda sudah bisa keliling ke tiga negara sekaligus, melalui jalan darat.
Mau tahu bagaimana?
Pada kesempatan kali ini, saya hendak berbagi pengalaman traveling ke
3 negara, yakni Thailand, Kamboja, dan Vietnam, yang saya lakukan
dengan tiga rekan saya beberapa waktu lalu. Pertanyaannya, apa mungkin
dengan hanya berbekal Rp 2,2 juta bisa menjelajah 3 negara sekaligus
dalam satu minggu? Jawabannya adalah bisa.
Keluar dari bandara sudah ada taksi dari hotel yang menjemput kami,
menurut temanku pesan taksi dari hotel jauh lebih murah daripada harus
naik taksi dari bandara. Kalaupun harus dapat taksi dari bandara maka
pastikan anda melakukan negoisasi. Perjalanan bandara menuju hotel
membuat aku terdiam, kiri-kanan jalan terlihat tidak rapih, bangunan
juga tak semegah Jakarta, serasa aku berada disalah satu kota kecil di
Indonesia bukan di luar negeri seperti isi kepala ku selama ini.
Tibalah kami di hotel ala bagpacker biayanya 11 USD per malam, cukuplah
untuk perjalanan kali ini , shower dengan air hangat, double bed,
included breakfast, yang pasti bersih. (Ref. Hotel Nguyen Khang, 283/25 Pham Ngu Lao Street, District 1 Ho Chi Minh City).
Malam pun semakin larut dan sudah saatnya perut diisi dengan makanan.
Karena makanan halal sangat susah didapat maka dengan bismillah hanya
memesan “pho” makanan khas Vietnam berupa mie berkuah diberi daging dan
sayuran seperti touge, kemangi dll makanan seperti ini harganya 30.000
VND - 45.000 VND. Sebelum kembali ke hotel kami terlebih dahulu mampir
ke travel untuk memesan tour 1/2 hari. Di Ho Chi Minh sangat banyak
travel yang bersedia mengantarkan kita ke berbagai tempat wisata.
Masalah harga lagi-lagi kita harus menawar. Pilihan pun jatuh ke tour
1/2 hari ke tempat wisata perang Vietnam bernama “Cu Chi (baca : Gu
Chi). Biaya per orang adalah 4 USD belum termasuk biaya tiket masuk ke
lokasi wisata, hanya biaya guide dan transportasi PP.
Cu Chi adalah wisata alam, hanya berupa hutan yang berisi sejarah
perang. Didalamnya kita akan temui bunker dalam tanah, bagaimana kisah
para tentara Vietnam mengalahkan Amerika hanya dengan jebakan-jebakan
sederhana. Tiket masuk 80.000 VND bagi turis asing dan 20.000 VND bagi
pemilik KTP Vietnam. Ada rasa haru, pemerintah sepertinya ingin semua
rakyatnya mampu menikmati apa yang bisa dinikmati turis asing sehingga
harga khusus diberlakukan bagi masyarakat Vietnam. Selama Rocky (Tour
Guide) berceloteh tentang kisah perang, dibenakku hanya ada rasa “duh
kok di Indonesia gak bisa begini ya ? Mereka begitu bangganya
meperkenalkan “Cassava a.k.a Singkong sebagai makanan tentara dikala
perang. Rocky menjelaskan dengan mimik haru sehingga bule-bule lain
begitu takjubnya melihat wujud “cassava”…lagi hatiku berkata ya ampuun
ini mah di Indonesia masih jadi bahan pokok, tapi kita tak pernah
membanggakan si cassava ini, jadi jangan kaget kalau suatu saat
“cassava” ini lebih dikenal makanan Vietnam daripada bangsa kita.
Padahal ditanah tercintaku “cassava” ini hanya tinggal tancap maka
tumbuh. Bule-bule terkagum menikmati cassava ini “delicious” katanya.
Di Kamboja ini kami punya 2 tujuan; pertama ke Phnom Penh dan Siem Reap.
Karena di Kamboja ini kami singgah di dua kota, jadi cerita bagian
Kamboja kubagi 2 bagian. Kamboja bagian 1 adalah kisah perjalanan di Phnom Penh. Kamboja bagian 2 adalah kisah perjalanan di Siem Reap.
Dari
Vietnam ke Kamboja, kami naik bis, kira-kira selama 5-8 jam. Ongkos bis
$ 10 USD. Lalu di perbatasan Kamboja, harus membayar visa sebesar $ 25
USD (tapi sejak 2011, pemerintah Indonesia & Kamboja menandatangi
perjanjian tidak ada Visa on Arrival / VOA lagi antara
Indonesia & Kamboja). Tapi kita tidak perlu pusing-pusing, orang
dari agen bis bisa membantu anda, nanti mereka yang mengurus, anda
tinggal mengisi form kedatangan masuk Kamboja, dan mengumpulkan paspor ke kernet bis.
Kalau di Vietnam orang-orang
lebih suka dibayar dengan mata uang Dong Vietnam, waktu itu nilai
kurs-nya 1 Dong = 0,5 Rupiah. Jadi kita lebih baik tukar di money changer setempat untuk mata uang Dong Vietnam. Sedangkan di Kamboja, mereka menerima Dollar Amerika / USD dan Real Kamboja. Bahkan di toko-toko setiap bandrol harga / Price Tag dipasangi
dua macam harga, yang Real Kamboja atau Dollar Amerika. Demikian juga
ATM, ada Real dan Dollar. Jadi kalau bawa Dollar tidak masalah.
Kami adalah sekelompok backpacker ulung pada masa kuliah yang kini
menjadi perkerja swasta yang sibuk dengan urusan masing-masing. Untuk
melepas kerinduan pada masa-masa dahulu, kami harus merancang perjalanan
ini sebaik mungkin, dengan menabung dan tentu saja mengorbankan jatah
cuti. Umumnya cuti diambil pada saat hari raya. Namun, kami justru
menyimpannya untuk traveling. Tidak banyak, hanya 5 hari kerja.
Thailand, Kamboja, dan Vietnam adalah 3 negara tetangga yang masuk
dalam Asia Tenggara. Oleh karena itu, untuk traveling ke sana kita hanya
membutuhkan paspor tanpa memerlukan visa. Visa on arrival diberikan
secara gratis oleh pihak imigrasi tiga negara tersebut. Biasanya
diberikan pada saat kita memasuki negara-negara tersebut, baik itu
melalui jalur darat ataupun udara.
Untuk waktu 1 minggu, tidak mungkin kami menggunakan jalur darat dari
Indonesia. Maka dari itu, kami mengambil penerbangan menuju Bangkok,
Thailand. Kemudian dilanjutkan dengan moda transportasi darat dan kami
berencana akan menyeberang ke Kamboja dan diteruskan ke Vietnam. Hingga
akhirnya, perjalanan kami akan diakhiri dengan penerbangan kembali ke
Indonesia dari Ho Chi Minh, Vietnam. Anda bisa memulai perjalanan dengan
rute sebaliknya, tergantung selera atau harga tiket pesawat.
Dalam waktu 1 minggu, Anda harus merancang rencana perjalanan hanya
ke tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Anda bisa memanfaatkan waktu
tidur di perjalanan saat menggunakan bus malam, sekaligus menghemat
biaya penginapan. Jangan khawatir, bus di tiga negara ini rata-rata
lebih nyaman ketimbang yang ada di Indonesia.
Beberapa di antaranya bahkan memiliki tempat tidur, sehingga Anda
bisa merebahkan tubuh sepanjang perjalanan. Hal lain yang mungkin
berbeda dengan bus di Indonesia adalah supir bus di sana gemar sekali
membunyikan klaksonnya kencang-kencang.
Penginapan di tiga negara ini juga relatif murah. Sekalipun berlabel
backpacker, Anda pasti mendapatkan kamar dengan fasilitas kamar mandi
dalam dengan shower air panas, AC, dan TV dengan harga Rp 70.000–Rp
80.000 per orang. Bisanya hotel tersebut menghitung harga per orang.
Petualangan pertama kami dimulai dari hari Minggu. Kami mengambil
penerbangan paling pagi menuju Bangkok dari Jakarta. Sesampainya di
sana, Anda bisa langsung mengunjungi tempat-tempat menarik, seperti
Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun, Weekend Market, dan menginap satu malam
di Khaosan Road. Di sini banyak sekali penginapan ala backpacker dengan
harga 200 Baht (Rp 70.000) per orang.
Habiskan waktu di Bangkok sampai hari kedua. Kemudian gunakan bus
jurusan Aranyaprathet dari terminal Mochit seharga 223 Baht (Rp 78.000).
Perjalanan ini memakan waktu sekitar 5,5 jam. Kami pun menghabiskan
malam di Kota Aranyaprathet dan tidur di hotel seharga 120 Baht (Rp
40.000) per orang.
Kami melanjutkan perjalanan hari ketiga dengan menyeberang ke Kamboja
memalui perbatasan Poipet. Perbatasan Poipet sendiri terletak 6 km dari
Aranyaprathet. Setelah melewati perbatasan, Anda bisa menumpang taksi
menuju Kota Siem Reap atau gerbang menuju Angkor Wat seharga US$ 12 (Rp
116.100) per orang.
Ya, mata uang yang digunakan warga Kamboja adalah dollar Amerika.
Perjalanan ke Siem Reap memakan waktu 3 jam. Sesampainya di Siem Reap,
Anda bisa menyewa Tuktuk atau sejenis bajaj yang bisa ditumpangi 4
orang. Kendaraan ini digunakan untuk menjelajahi Angkor Wat selama satu
hari penuh dengan harga US$ 15 (Rp 145.125).
Siapa yang tidak mengenal Angkor Wat. Kawasan candi seluas 24 km2 ini
tidak mungkin cukup Anda jelajahi hanya dalam waktu 1 hari. Namun
jangan khawatir, dalam waktu 1 hari saya pikir sudah cukup untuk
mengunjungi candi-candi seperti Angkor Wat dan kompleks Angkor Thom di
antaranya Bayon, Terrace of The Elephants, Terrace of The Leper King,
dan sunset di Baphuon.
Tiket masuk kompleks Angkor sendiri seharga US$ 20 (Rp 193.500).
Jangan lupa mengabadikan keajaiban Ta Prohm. Anda akan tahu alasan
sutradara film 'Tomb Rider' membawa Angelina Jolie syuting di sini. Kami
menghabiskan malam hari ketiga dengan menaiki bus malam Sleeper seharga
US$ 14 (Rp 135.450) menuju Phnom Penh, Kamboja.
Mulailah memasuki pagi hari keempat, untuk menjelajah National
Museum, Royal Palace, Silver Pagoda, dan Sisowath Quay. Sempatkanlah
mampir di Central Market untuk sekadar melihat atau berbelanja
oleh-oleh. Di Phnom Penh, Anda wajib mengunjungi Tuol Sleng Genocide
Museum dan Killing Fields untuk melihat dokumentasi kejinya rezim Khmer
merah. Saya pun melihat beberapa pengunjung tak kuasa menitikkan air
mata.
Di Phnom Penh, Anda bisa menginap di sekitar Royal Palace. Di sana
banyak penginapan murah ala backpacker seharga US$ 7 (Rp 68 ribu) per
orang. Kami pun menutup hari ke-5 dengan menaiki bus yang akan
menyeberangi perbatasan Kamboja–Vietnam. Perjalanan dengan bus ini
melalui jalur Bavet atau Moc Bai dan berakhir di Ibukota Ho Chi Minh.
Tiket bus ini kami beli seharga US$ 13 (Rp 126 ribu) dengan waktu
perjalanan 6 jam.
Setelah beristirahat di penginapan, di hari keenam kami mengabiskan
waktu seharian untuk mengelilingi Kota Ho Chi Minh. Anda bisa
mengunjungi War Remnants Museum, Reunification Palace, Notre Dame
Cathedral, Central Post Office, City Town Hall, Opera House, Fine Arts
Museum, dan lain-lain. Anda bisa menjelajahi tempat-tempat tersebut
hanya dengan berjalan kaki karena tempatnya saling berdekatan, yakni di
District 1.
Pada hari terakhir perjalanan, kami mengunjungi Chu Chi Tunnels yang
berjarak 40 Km dari Kota Ho Chi Minh. Di sana Anda akan melihat
keberingasan perang Vietnam di era 1960-1970 an. Anda akan diajak masuk
ke tunnel atau gorong-gorong persembunyian orang Vietnam pada masa
perang, tempat ini hanya cukup dimasuki orang bertubuh kurus dalam
posisi merangkak.
Jangan salah, dulunya tempat ini bukan hanya untuk persembunyian
serdadu Vietcong, tapi juga warga sipil. Mereka tidur, memasak,
bersekolah, dan bahkan melahirkan di gorong-gorong yang tidak bersemen
ini. Tujuan dibuatnya tunnel ini tak lain dan tak bukan adalah untuk
menghindari senjata bio-kimia yang digunakan oleh tentara Amerika.
Di sana traveler juga akan melihat 'canggihnya' alat-alat perang
tradisional serdadu Vietcong yang pernah membuat angkatan perang Amerika
kelabakan. Usahakan terlebih dulu Anda berkunjung ke War Remnants
Museum sebelum pergi ke Chu Chi Tunnels. Sehingga Anda bisa memahami apa
yang sebenarnya terjadi dalam perang Vietnam.
Menjelang sore hari, kembali ke Ho Chi Minh dan tutup perjalanan Anda
dengan melihat-lihat Ben Thanh Market untuk berburu oleh-oleh khas.
Menjelang Sabtu petang, kami menyeberang ke terminal bus kota yang ada
di depan Ben Thanh Market.
Selanjutnya, menggunakan bus nomor 152 untuk menuju Bandara
Internasional Tan Son Nhat. Traveler hanya perlu membayar 10.000 Dong
(Rp 4.700). Kami pun akhirnya mengambil penerbangan malam dari Ho Chi
Minh ke Jakarta.
Tak terasa 7 hari sudah kami menjelajahi sebagian Thailand, Kamboja,
dan Vietnam. Tiga negara ini memiliki keberagaman budaya dan pesona
wisata yang memukau, apalagi dengan hanya menghabiskan Rp 2,2 juta
selama 1 minggu.
Perlu dicatat, biaya tersebut sudah termasuk penginapan dan uang
makan. Akan tetapi, belum termasuk tiket pesawat. Jangan khawatir,
sekarang sudah ada penerbangan murah dari Jakarta-Bangkok maupun
Jakarta-Vietnam langsung. Saya sendiri menghabiskan Rp 1,5 juta untuk
penerbangan pulang-pergi.
Sebenarnya Anda bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah asalkan
membeli sejak jauh-jauh hari. Setelah beristirahat pada hari Minggu,
Anda pun akan siap kembali beraktivitas pada hari Senin
total komentar :
No comments:
Post a Comment