Tuesday, November 5, 2013

TIDAK SAMPAI 2 JUTA Bisa Keliling ke Thailand, Kamboja & Vietnam, MAU?

Kesibukan pagi di perbatasan Thailand - Kamboja (Poipet)
Pernah  Anda sudah bisa keliling ke tiga negara sekaligus, melalui jalan darat. Mau tahu bagaimana?
Pada kesempatan kali ini, saya hendak berbagi pengalaman traveling ke 3 negara, yakni Thailand, Kamboja, dan Vietnam, yang saya lakukan dengan tiga rekan saya beberapa waktu lalu. Pertanyaannya, apa mungkin dengan hanya berbekal Rp 2,2 juta bisa menjelajah 3 negara sekaligus dalam satu minggu? Jawabannya adalah bisa.
Perjalanan Jakarta - Vietnam akan memakan waktu selama 3 jam terbang diudara. kupikir akan membosankan ternyata tidak karena disebelah ku adalah seorang perempuan berdarah batak, alhasil selama 3 jam kami lahap dengan kombur (saling bicara). Dan pesawatpun mendarat disambut rintik kecil sang hujan di Ho Chi Minh City. Setibanya didalam bandara kita masih melakukan check imigrasi dan setelah semua beres kami langsung menuju money changer yang ada didalam bandara, akupun menukarkan 100 USD menjadi uang Vietnam (Mata Uang Vietnam adalah dong ditulis VND) dan lumayan kaget ketika uang 100 USD ku menjadi 2.100.000 VND ( 1 USD = 21.000 VND, 1 RP = 0.59 VND) Woooowwww…here you are, in Vietnam you will become a millionaire , yup terjawab sudah satu pertanyaan ku kenapa teman ku suka kemari !!! (Ref. Tukar uang di bandara saja harga sudah OK dan tak perlu nego)

Keluar dari bandara sudah ada taksi dari hotel yang menjemput kami, menurut temanku pesan taksi dari hotel jauh lebih murah daripada harus naik taksi dari bandara. Kalaupun harus dapat taksi dari bandara maka pastikan anda melakukan negoisasi. Perjalanan bandara menuju hotel membuat aku terdiam, kiri-kanan jalan terlihat tidak rapih, bangunan juga tak semegah Jakarta, serasa aku berada disalah satu kota kecil di Indonesia bukan di luar negeri seperti isi kepala ku selama ini.
Tibalah kami di hotel ala bagpacker biayanya 11 USD per malam, cukuplah untuk perjalanan kali ini , shower dengan air hangat, double bed, included breakfast, yang pasti bersih.  (Ref. Hotel Nguyen Khang, 283/25 Pham Ngu Lao Street, District 1 Ho Chi Minh City). Malam pun semakin larut dan sudah saatnya perut diisi dengan makanan. Karena makanan halal sangat susah didapat maka dengan bismillah hanya memesan “pho” makanan khas Vietnam berupa mie berkuah diberi daging dan sayuran seperti touge, kemangi dll makanan seperti ini harganya 30.000 VND - 45.000 VND. Sebelum kembali ke hotel kami terlebih dahulu mampir ke travel untuk memesan tour 1/2 hari. Di Ho Chi Minh sangat banyak travel yang bersedia mengantarkan kita ke berbagai tempat wisata. Masalah harga lagi-lagi kita harus menawar. Pilihan pun jatuh ke tour 1/2 hari ke tempat wisata perang Vietnam bernama “Cu Chi (baca : Gu Chi). Biaya per orang adalah 4 USD belum termasuk biaya tiket masuk ke lokasi wisata, hanya biaya guide dan transportasi PP.

Cu Chi adalah wisata alam, hanya berupa hutan yang berisi sejarah perang. Didalamnya kita akan temui bunker dalam tanah, bagaimana kisah para tentara Vietnam mengalahkan Amerika hanya dengan jebakan-jebakan sederhana. Tiket masuk 80.000 VND bagi turis asing dan 20.000 VND bagi pemilik KTP Vietnam. Ada rasa haru, pemerintah sepertinya ingin semua rakyatnya mampu menikmati apa yang bisa dinikmati turis asing sehingga harga khusus diberlakukan bagi masyarakat Vietnam. Selama Rocky (Tour Guide) berceloteh tentang kisah perang, dibenakku hanya ada rasa “duh kok di Indonesia gak bisa begini ya ? Mereka begitu bangganya meperkenalkan “Cassava a.k.a Singkong sebagai makanan tentara dikala perang. Rocky menjelaskan dengan mimik haru sehingga bule-bule lain begitu takjubnya melihat wujud “cassava”…lagi hatiku berkata ya ampuun ini mah di Indonesia masih jadi bahan pokok, tapi kita tak pernah membanggakan si cassava ini, jadi jangan kaget kalau suatu saat “cassava” ini lebih dikenal makanan Vietnam daripada bangsa kita. Padahal ditanah tercintaku “cassava” ini hanya tinggal tancap maka tumbuh. Bule-bule terkagum menikmati cassava ini “delicious” katanya.


Di Kamboja ini kami punya 2 tujuan; pertama ke Phnom Penh dan Siem Reap. Karena di Kamboja ini kami singgah di dua kota, jadi cerita bagian Kamboja kubagi 2 bagian. Kamboja bagian 1 adalah  kisah perjalanan di Phnom Penh. Kamboja bagian 2 adalah kisah perjalanan di Siem Reap.
Dari Vietnam ke Kamboja, kami naik bis, kira-kira selama 5-8 jam. Ongkos bis $ 10 USD. Lalu di perbatasan Kamboja, harus membayar visa sebesar $ 25 USD (tapi sejak 2011, pemerintah Indonesia & Kamboja menandatangi perjanjian tidak ada Visa on Arrival / VOA lagi antara Indonesia & Kamboja). Tapi kita tidak perlu pusing-pusing, orang dari agen bis bisa membantu anda, nanti mereka yang mengurus, anda tinggal mengisi form kedatangan masuk Kamboja, dan mengumpulkan paspor ke kernet bis.
Kalau di Vietnam orang-orang lebih suka dibayar dengan mata uang Dong Vietnam, waktu itu nilai kurs-nya 1 Dong = 0,5 Rupiah. Jadi kita lebih baik tukar di money changer setempat untuk mata uang Dong Vietnam. Sedangkan di Kamboja, mereka menerima Dollar Amerika / USD dan Real Kamboja. Bahkan di toko-toko setiap bandrol harga / Price Tag dipasangi dua macam harga, yang Real Kamboja atau Dollar Amerika. Demikian juga ATM, ada Real dan Dollar. Jadi kalau bawa Dollar tidak masalah.

 
Kami adalah sekelompok backpacker ulung pada masa kuliah yang kini menjadi perkerja swasta yang sibuk dengan urusan masing-masing. Untuk melepas kerinduan pada masa-masa dahulu, kami harus merancang perjalanan ini sebaik mungkin, dengan menabung dan tentu saja mengorbankan jatah cuti. Umumnya cuti diambil pada saat hari raya. Namun, kami justru menyimpannya untuk traveling. Tidak banyak, hanya 5 hari kerja.
Thailand, Kamboja, dan Vietnam adalah 3 negara tetangga yang masuk dalam Asia Tenggara. Oleh karena itu, untuk traveling ke sana kita hanya membutuhkan paspor tanpa memerlukan visa. Visa on arrival diberikan secara gratis oleh pihak imigrasi tiga negara tersebut. Biasanya diberikan pada saat kita memasuki negara-negara tersebut, baik itu melalui jalur darat ataupun udara.
Untuk waktu 1 minggu, tidak mungkin kami menggunakan jalur darat dari Indonesia. Maka dari itu, kami mengambil penerbangan menuju Bangkok, Thailand. Kemudian dilanjutkan dengan moda transportasi darat dan kami berencana akan menyeberang ke Kamboja dan diteruskan ke Vietnam. Hingga akhirnya, perjalanan kami akan diakhiri dengan penerbangan kembali ke Indonesia dari Ho Chi Minh, Vietnam. Anda bisa memulai perjalanan dengan rute sebaliknya, tergantung selera atau harga tiket pesawat.
Dalam waktu 1 minggu, Anda harus merancang rencana perjalanan hanya ke tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Anda bisa memanfaatkan waktu tidur di perjalanan saat menggunakan bus malam, sekaligus menghemat biaya penginapan. Jangan khawatir, bus di tiga negara ini rata-rata lebih nyaman ketimbang yang ada di Indonesia.
Beberapa di antaranya bahkan memiliki tempat tidur, sehingga Anda bisa merebahkan tubuh sepanjang perjalanan. Hal lain yang mungkin berbeda dengan bus di Indonesia adalah supir bus di sana gemar sekali membunyikan klaksonnya kencang-kencang.
Penginapan di tiga negara ini juga relatif murah. Sekalipun berlabel backpacker, Anda pasti mendapatkan kamar dengan fasilitas kamar mandi dalam dengan shower air panas, AC, dan TV dengan harga Rp 70.000–Rp 80.000 per orang. Bisanya hotel tersebut menghitung harga per orang.
Petualangan pertama kami dimulai dari hari Minggu. Kami mengambil penerbangan paling pagi menuju Bangkok dari Jakarta. Sesampainya di sana, Anda bisa langsung mengunjungi tempat-tempat menarik, seperti Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun, Weekend Market, dan menginap satu malam di Khaosan Road. Di sini banyak sekali penginapan ala backpacker dengan harga 200 Baht (Rp 70.000) per orang.
Habiskan waktu di Bangkok sampai hari kedua. Kemudian gunakan bus jurusan Aranyaprathet dari terminal Mochit seharga 223 Baht (Rp 78.000). Perjalanan ini memakan waktu sekitar 5,5 jam. Kami pun menghabiskan malam di Kota Aranyaprathet dan tidur di hotel seharga 120 Baht (Rp 40.000) per orang.
Kami melanjutkan perjalanan hari ketiga dengan menyeberang ke Kamboja memalui perbatasan Poipet. Perbatasan Poipet sendiri terletak 6 km dari Aranyaprathet. Setelah melewati perbatasan, Anda bisa menumpang taksi menuju Kota Siem Reap atau gerbang menuju Angkor Wat seharga US$ 12 (Rp 116.100) per orang.
Ya, mata uang yang digunakan warga Kamboja adalah dollar Amerika. Perjalanan ke Siem Reap memakan waktu 3 jam. Sesampainya di Siem Reap, Anda bisa menyewa Tuktuk atau sejenis bajaj yang bisa ditumpangi 4 orang. Kendaraan ini digunakan untuk menjelajahi Angkor Wat selama satu hari penuh dengan harga US$ 15 (Rp 145.125).
Siapa yang tidak mengenal Angkor Wat. Kawasan candi seluas 24 km2 ini tidak mungkin cukup Anda jelajahi hanya dalam waktu 1 hari. Namun jangan khawatir, dalam waktu 1 hari saya pikir sudah cukup untuk mengunjungi candi-candi seperti Angkor Wat dan kompleks Angkor Thom di antaranya Bayon, Terrace of The Elephants, Terrace of The Leper King, dan sunset di Baphuon.
Tiket masuk kompleks Angkor sendiri seharga US$ 20 (Rp 193.500). Jangan lupa mengabadikan keajaiban Ta Prohm. Anda akan tahu alasan sutradara film 'Tomb Rider' membawa Angelina Jolie syuting di sini. Kami menghabiskan malam hari ketiga dengan menaiki bus malam Sleeper seharga US$ 14 (Rp 135.450) menuju Phnom Penh, Kamboja.
Mulailah memasuki pagi hari keempat, untuk menjelajah National Museum, Royal Palace, Silver Pagoda, dan Sisowath Quay. Sempatkanlah mampir di Central Market untuk sekadar melihat atau berbelanja oleh-oleh. Di Phnom Penh, Anda wajib mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Fields untuk melihat dokumentasi kejinya rezim Khmer merah. Saya pun melihat beberapa pengunjung tak kuasa menitikkan air mata.
Di Phnom Penh, Anda bisa menginap di sekitar Royal Palace. Di sana banyak penginapan murah ala backpacker seharga US$ 7 (Rp 68 ribu) per orang. Kami pun menutup hari ke-5 dengan menaiki bus yang akan menyeberangi perbatasan Kamboja–Vietnam. Perjalanan dengan bus ini melalui jalur Bavet atau Moc Bai dan berakhir di Ibukota Ho Chi Minh. Tiket bus ini kami beli seharga US$ 13 (Rp 126 ribu) dengan waktu perjalanan 6 jam.
Setelah beristirahat di penginapan, di hari keenam kami mengabiskan waktu seharian untuk mengelilingi Kota Ho Chi Minh. Anda bisa mengunjungi War Remnants Museum, Reunification Palace, Notre Dame Cathedral, Central Post Office, City Town Hall, Opera House, Fine Arts Museum, dan lain-lain. Anda bisa menjelajahi tempat-tempat tersebut hanya dengan berjalan kaki karena tempatnya saling berdekatan, yakni di District 1.
Pada hari terakhir perjalanan, kami mengunjungi Chu Chi Tunnels yang berjarak 40 Km dari Kota Ho Chi Minh. Di sana Anda akan melihat keberingasan perang Vietnam di era 1960-1970 an. Anda akan diajak masuk ke tunnel atau gorong-gorong persembunyian orang Vietnam pada masa perang, tempat ini hanya cukup dimasuki orang bertubuh kurus dalam posisi merangkak.
Jangan salah, dulunya tempat ini bukan hanya untuk persembunyian serdadu Vietcong, tapi juga warga sipil. Mereka tidur, memasak, bersekolah, dan bahkan melahirkan di gorong-gorong yang tidak bersemen ini. Tujuan dibuatnya tunnel ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menghindari senjata bio-kimia yang digunakan oleh tentara Amerika.
Di sana traveler juga akan melihat 'canggihnya' alat-alat perang tradisional serdadu Vietcong yang pernah membuat angkatan perang Amerika kelabakan. Usahakan terlebih dulu Anda berkunjung ke War Remnants Museum sebelum pergi ke Chu Chi Tunnels. Sehingga Anda bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam perang Vietnam.
Menjelang sore hari, kembali ke Ho Chi Minh dan tutup perjalanan Anda dengan melihat-lihat Ben Thanh Market untuk berburu oleh-oleh khas. Menjelang Sabtu petang, kami menyeberang ke terminal bus kota yang ada di depan Ben Thanh Market.
Selanjutnya, menggunakan bus nomor 152 untuk menuju Bandara Internasional Tan Son Nhat. Traveler hanya perlu membayar 10.000 Dong (Rp 4.700). Kami pun akhirnya mengambil penerbangan malam dari Ho Chi Minh ke Jakarta. 
Tak terasa 7 hari sudah kami menjelajahi sebagian Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Tiga negara ini memiliki keberagaman budaya dan pesona wisata yang memukau, apalagi dengan hanya menghabiskan Rp 2,2 juta selama 1 minggu.
Perlu dicatat, biaya tersebut sudah termasuk penginapan dan uang makan. Akan tetapi, belum termasuk tiket pesawat. Jangan khawatir, sekarang sudah ada penerbangan murah dari Jakarta-Bangkok maupun Jakarta-Vietnam langsung. Saya sendiri menghabiskan Rp 1,5 juta untuk penerbangan pulang-pergi.
Sebenarnya Anda bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah asalkan membeli sejak jauh-jauh hari. Setelah beristirahat pada hari Minggu, Anda pun akan siap kembali beraktivitas pada hari Senin


total komentar : | apa komentar kamu ?

KOTAK KOMENTAR


No comments:

Post a Comment


DAFTAR GOSIP